Selasa, 24 Desember 2013

Nasionalisme dan Globalisasi

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa. Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme dalam aspek ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkat devisa negara. Sedangkan pengaruh negatif dari globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme adalah hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri yang membanjiri Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap produk Indonesia.
Salah satu situasi Globalisasi yang dihadapi Indonesia saat ini adalah Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang di awal tahun ini sudah resmi diberlakukan oleh negara-negara Asean dan China. Isi kesepakatan tersebut menyangkut penurunan atau penghapusan tarif bea masuk hingga nol persen. Belakangan ini sebutan China sebagai negara raksasa di dunia semakin diperkuat lagi karena keberhasilannya sebagai negara pengekspor terbesar.
Pengetahuan konsumen tentang produk dalam negeri secara luas dianggap sebagai pengaruh penting terhadap perilaku pembelian konsumen. Selain itu juga ada perbedaan sikap antara konsumen yang memiliki budaya yang berbeda. Hofstede et.al (1990) mendefinisikan budaya sebagai sekelompok orang yang memliki keyakinan berbeda, norma dan adat istiadat. Skinner (1988) telah menunjukan bahwa bayi yang baru lahir diseluruh dunia sangat mirip, tetapi sebagai orang dewasa mereka telah didoktrinisasi dalam cara kelompok mereka yang akibatnya mendorong emosi patriotik dan nasionalisme.
Nasionalisme kemudian adalah sentimen terhadap loyalitas konsumen tertinggi sebuah negara atau bangsa, yang memiliki dampak signifikan pada sikap dan niat pembelian. Nasionalis konsumen bersedia untuk berkorban untuk membeli sebuah produk dalam negeri karena mereka percaya bahwa barang impor dapat merusak perekonomian negara mereka.
Salah satu contoh kongkrit mengenai perubahan-perubahan perilaku konsumen dapat dilihat pada generasi anak muda seperti mahasiswa. Seperti yang kita ketahui, di era milenium ini teknologi telah berkembang dengan maju dan pesat, di antaranya adalah internet dan televisi. Melalui sarana inilah para mahasiswa belajar akan pengaruh-pengaruh serta gaya hidup yang ada. Dengan banyaknya buah-buahan yang berasal dari produk luar dengan kualitas dan harga yang lebih murah dapat mempengaruhi pilihan mahasiswa untuk konsumsi buah-buahan yang akan mereka pilih.
Dengan melihat kondisi Indonesia saat ini, dimana selera konsumen semakin beragam dan kualitas produk pertanian di dalam negeri yang kurang berkualitas dan memiliki harga yang relatif mahal dibanding produk dari luar dapat membuat konsumen sulit untuk mengambil keputusan dalam membeli. Konsumen sekarang hanya bisa melihat harga dan kualitas, jika harga murah dan kualitas bagus maka konsumen akan cenderung untuk membelinya. Sehinga keputusan pembelian konsumen juga bisa dipengaruhi oleh harga dan kualitas produk tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar